perjalanan ke liya part 3
petualang, kita lanjutkan lagi perjalanan kita keobkjek wisata benteg liya, sekarang kita akan memasuki kawasan dalam benteng liya dan akan melihat apa saja yang ada didalam kawasan benteng liya. nah, ketika petualang, memasuki suatu objek wisata naik itu objek wisata alam maupun objek wisata sejarah, kalian seharusnya membawa kantung untuk tempat membuang sampah dan menjaga kebersihan serta keindahan objek wisata yang akan dikunjungi, dan berhenti meninggalkan jejak di objek wisata selain itu jejak kaki dan kenangan yang kita tinggalkan, berhenti membuat vandalisme diobjek wisata. dan petualang, juga harus memberikan sumbangan ke lembaga-lembaga pemerhati ataupun pemerhati serta pemelihara ojek wisata.
nah, kembali lagi kebenteng liya togo, ketika kita berkunjung kedalam kompleks benteng kita akan melihat beberapa masyarakat yang berakivitas didalam kawasan benteng karena, seperti yang telah saya jelaskan bahwa didalam benteng ini sendiri banyak terdapat pemukiman masyarakat, dan ketika musim liburan banyak terdapat juga wisatawan baik dalam maupun luar negeri akan kita ketemui didalam kompleks benteng ini, sekali lagi saya menginatkan petualang, agar selama didalam kawasan benteng lya, untuk tidak mengucapkan kata kasar, berteriak-teriak, tertawa dengan keras, karena perlu kita katahui bahwa perilaku tidak terpuji tersebut mungkin bisa mengganggu masyarakat yang bermukin didalam kawasan benteng loya, jadilah wisatawan yang bijak.
sekarang kita akan memasuki kedalam kawasan benteng liya, ketika anda akan memasuki kawasan benteng liya, petualang, akan merasakan memasuki lorong waktu dan muncul kesuatu masa kerajaan zaman dahulu, dengan suasana yang sangat tradisional dan bersahaja.susana yang sangat tradisional akan kita jumpai didalam kawasan beteng ini, adapun bangunan dan situs-situs yang bisa jumpai didalam kawasan benteng ini diantarannya masjid, meriam-meriam, kuburan pemuka adat dahulu kala, tempat pertemuan pemuka adat, dan lapangan tempat pertunjukan budaya lokal serta tempat latihan perang pejuang dahulu, bisa kita jumpai.
petualang, petualang sendiri bisa melihat bahwa suasana didalam kawasan benteng sangatlah tradisional, masih banyak pohon kamboja yang sudah sangat tua menghiasi sisi pinggir dari lapangan yang biasa dipakai sebagai pertunjukan atraksi budaya tradisional disana. pohon-pohon kamboja juga ini berada dikawasan kompleks pemakanan adat yang berada didalam kawasan benteng keraton liya ini sendiri.
petualang, seperti yang saya telah jelaskan sebelumnya bahwa didalam kompleks benteng liya ini banyak terdapat makan-makan pemuka adat, nah, makan diatas merupakan makam Djilabu yang merupakan sebuah makam Meantu'u (kepala adat) Liya ke-1 yang juga berperan sebagai penyebar agama islam dipulau wangi-wangi.
petualang, didekat makam tadi, juga terdapat sebuah tempat yang ketika kita lihat dari jauh merupakan sebuah benteng kcil yang dikelilingi makam, tempat tersebut bernama Baluara yang merupakan sebuah tempat musyawarah adat berlangsung sebelum baruga (rumah panggung) ada, dan tempat ini juga menjadi tempat berlatih perang Meantu'u ke-7 bersama dengan prajuritnya. maaf untuk foto bagian dalamnya tidak ada berhubung akses masuk kedalam harus melewati kawasan makam adat dan berhubung ketika kami berkunjung kesana suasana sepi sehingga membuat kami sepakat untuk tidak memasuki kawasan makam adat, karena ketika kita memasuki kawasan makam kita memerlukan izin atau bahkan pemandu wisata lokal sebagai pengarah.
petualang, seperti penjelasan sebelumnya bahwa didalam kawasan benteng liya ini sendiri banyak terdapat makan-makan kepala pemuka adat, panglima-panglima perang hingga pejuang perang didalamnya, mereka dimakamkan bersebelahan dengan lapangan dan masjid yang berada didalam kompleks benteng liya itu sendiri.
makam-makam ini menjadi bukti bahwa dahulu kala benteng liya telah eksis dalam perjuangan dan pergerakan pemerintahan kala itu dalam melawan penjajah, dan juga dalam persebaran agama islam dipulau wangi-wangi.
petualang, ini merupakan masjid Mubarok Liya, yang dahulu kala menjadi pusat pemerintahan dan agama dikawasan liya, masjid ini menjadi ujing tombak dari perlawanan dan perjuangan masyarakat melawan penjajah dahulu kala. ada fakta unik yang dimiliki oleh masjid ini yaitu prosesi sholat jumatnya yang menyerupai prosesi sholat jumat di masjid keraton buton dengan perbedaan yang sedikit, masjid ini masih mempertahankan arsitektur lamanya dengan sedikit renovasi bangunanya karena telah dimakan usia. masjid ini merupakan saksi bisu jayanya dan berkembangnya masyarakat wakatobi ketika dahulu kala. sekian dari perjalanan ke liya setelah melewati 3 part akhirnya berakhir, anmun petualang, harus ketahui masih banyak objek-objek didalam benteng liya ini yang saya tidak bahas sehingga petualang, harus berkunjung kesini untuk menemukannya dan kelak menuliskannya. saya berharap petualang, daripada berkunjung kenegeri orang lain, mari kita kunjungi dulu negeri kita. saya meyakinkan petualang, bahwa benteng liya siap menerima kalian begitu pula dengan wisata diwkatobi pada umumnya, mari berkunjung dan enjoy diwakatobi.
Komentar
Posting Komentar